Nama : Yogie Prasetyo Adi
NIM : 201010040311199
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Sudah
sejak lama radio dikenal sebagai media yang memasyarakat, praktis dan
sederhana. Penyampaian pesan yang dilakukan oleh penyiar di radio juga dapat
menghidupkan suasana menjadi lebih akrab. Ikatan emosional pendengar akan dapat
mudah terbentuk dibandingkan dengan media lainnya. Walaupun banyak media massa
lainnya yang mengalami perkembangan sangat pesat, namun radio masih mempunyai
tempat dihati pendengarnya sebagai sarana hiburan, informasi, dan promosi.
Negara
Indonesia yang mempunyai jangkauan wilayah yang luas dan ditambah dengan
masyarakatnya yang agraris dirasa dapat menjawab kebutuhan masyarakat tentang
media komunikasi yang dapat menjangkau berbagai kalangan. Dalam perkembangannya,
radio sangatlah dekat dengan masyarakat tradisional dan kawula muda. Hal ini
tidak lepas dari sejarah perkembangan radio di Indonesia yang begitu erat
kaitannya dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih Kemerdekaannya.
Pada
masa penjajahan, radio tidak berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Pada saat
itu radio hanya berfungsi sebagai kepentingan dagang. Namun setelah masa
penjajahan berakhir, sedikit demi sedikit fungsi radio mulai berkembang menjadi
media informasi, hiburan dan promosi. Mengingat lamanya radio sudah dikenal
masyarakat, maka tidak heran jika peminat radio pada saat itu terus meningkat.
Bahkan
di era globalisasi seperti sekarang, peminat Radio tidak pernah berkurang.
Padahal jika diamati lebih mendalam, banyak media-media yang lebih canggih dan
mempunyai fitur yang lebih lengkap dibandingkan dengan radio. Sebut saja,
televisi. Banyak televisi canggih saat ini menjamur di pasar Indonesia. Tidak
hanya mengandalkan audio, visualnya pun juga lebih meyakinkan bila dibandingkan
dengan radio. Ada juga Internet, dengan internet semuanya bisa diketahui.
Bahkan kita tidak perlu membuka koran ataupun telivisi untuk mencari informasi.
Dengan Internet semuanya dapat kita ketahui.
Hal
itulah yang mendasari dibentuknya makalah ini, yaitu untuk mengetahui tipologi
pendengar radio dan apa saja yang menjadi daya tarik pendengar radio di Era
Globalisasi sekarang ini.
1.2
Rumusan Masalah
11.) Sejarah
Perkembangan Radio di Indonesia
22.) Faktor-faktor
penunjang Efektivitas Siaran.
33.) Tipologi
pendengar radio
44.) Format
siaran radio di Era Globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Perkembangan Radio di Indonesia
Keberadaan
radio Indonesia mempunyai hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa, yaitu
pada masa penjajahan hingga masa perjalanan menjadi masyarakat demokratis. Pada
massa penjajahan, radio swasta yang dikelola asing hanya menyiarkan program
untuk kepentingan dagang. Sedangkan radio swasta yang dikelola oleh masyarakat
pribumi menyiarkan tentang kebudayaan dan kepentingan pergerakan semangat
kemerdekaan. Namun pada kependudukan Jepang tahun 1942, semua stasiun radio
dikuasai oleh Jepang, program-program siaran radio dialihkan pada propaganda
perang Asia Timur. Namun sejak terdengar Jepang menyerah kalah tanpa syarat
kepada tentara sekutu, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya.
Saat
itulah Indonesia berkesempatan menyiarkan proklamasinya di radio luar negeri
yang ada di Bandung yang pertama diperdengarkan di Australia. Namun tidak lama
setelah itu, akhirnya para pejuang kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya
pada 11 September 1945 mempunyai radio
nasional yang dinamakan Radio Republik Indonesia (RRI). Dan saat itulah
prokklamasi kemerdekaan mulai dikumandangkan melalui radio kepada seluruh
rakyat Republik Indonesia. Namun fungsi
radio pada massa perjuangan berubah ketika zaman orde baru, pada peralihan
presiden Soekarno ke presiden Soeharto atau yang lebih dikenal dengan perubahan
Orde Lama ke Orde Baru.
Pada
peralihan tersebut banyak muncul radio amatir, radio amatir adalah seperangkat
pemancar radio yang dipergunakan seseorang untuk berhubungan dengan penggemar
lainnya. Selain hal itu pada orde baru banyak muncul radio swasta di Indonesia.
Adapun peraturan bagi radio non-pemerintah untuk menjalankan fungsi sosial,
yaitu sebagai alat pendidik, alat penerangan, dan alat hiburan. Sejak massa
orde baru inilah peran serta radio sangat bermanfaat dalam membangun masyarakat
yang haus akan berita dan hiburan.
Secara
historis perkembangan radio di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut
(Masduki, Menjadi broadcaster profesional,2004, hal 3) :
Periode
|
Misi
Siaran
|
Teknologi
|
1925-1940-an
|
Alat perjuangan anti
kolonialisme Belanda, Jepang, dan Sekutu
|
Amatir
/AM
|
1950-1960-an
|
Alat mobilisasi
ideologi rezim otoriter Orde Lama dan Orde Baru
|
Amatir/AM
|
1970-1980-an
|
Alat mobilisasi
pembangunan, sarana berbisnis, dan hiburan
|
Profesional/FM,AM
|
1990-an
- sekarang
|
Medium bisnis,
hiburan, pencerahan publik, dan demokratisasi
|
AM,FM,
Internet-satelit, jaringan.
|
2.2
Faktor Penunjang Efektivitas Siaran
Radio dikatakan
berhasil dalam siaran jika banyak khalayak mendengarkan program-program dari
radio tersebut. Radio siaran sering juga diberi julukan “the fifth estate” disebabkan daya kekuatannya dalam mempengaruhi
massa khalayak. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, yakni (Effendy,
Uchjana, Onong, 1991, hal 74-80) :
2.2.1
Daya Langsung
Untuk
mencapai sasarannya, yakni pendengar, isi programa yang akan disampaikan
tidaklah mengalami proses yang kompleks. Hal ini bisa dirasakan kemanfaatanya
oleh kita, Bangsa Indonesia, baik semasa revolusi sedang berkecamuk maupun
setelah kita merdeka sampai sekarang. Bisa diambil kesimpulan bahwa manfaat
besar dari radio siaran dapat dirasakn oleh segenap penduduk dunia.
Hal
ini bebeda jauh dengan surat kabar. Peristiwa tertembak matinya Presiden
Kennedy memerlukan waktu lama untuk dapat diketahui oleh rakyat Amerika maupun
penduduk dunia secara aktual. Hal ini dikarenakan pemberitaan melalui surat
kabar harus disusun secara panjang,
diset, dikoreksi, dicetak diangkut kepada agen-agen dan dari agen baru
disebarkan kepada para pembaca. Dengan medium radio tidak melalui proses yang
banyak . Setiap berita dapat langsung disiarkan dan ditangkap oleh para
pendengar. Bahkan manfaat radio siaran “langsung” bukan hanya disitu saja.
Suatu peristiwa dapat diikuti oleh para pendengar pada saat peristiwa
berlangsung. Pidato Presiden , upacara Hari Kemerdekaan, pertandingan sepak
bola, siaran mesjid/gereja dan lain-lain dapat diikuti di saat peristiwa itu
berlangsung.
2.2.2
Daya Tembus
Faktor
lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuatan adalah daya tembus radio
siaran, dalam arti kata tidak mengenal jarak dan rintangan . Selain waktu jarakpun
bagi radio siaran tidak menjadi masalah. Bagaimanapun jauhnya tempat yang
dituju , dengan radio siaran dapat dicapai. Gunung-gunung, lembah-lembah,
padang pasir rawa-rawa maupun lautan semuanya tidak menjadi rintangan bagi
radio siaran.
Faktor
ini juga berperan besar dalam meraih Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pada saat
Jepang menyerah pada Sekutu, kabar pertama menyerahnya Jepang tersebut diperole
melalui siaran radio Amerika yang sampai pada Indonesia. Karena faktor itulah,
poklamasi segera dilakukan oleh Bangsa Indonesia. Dan proklamasi tersebut
disiarkan melalui siaran radio Bandung
sehingga dapat diketahui oleh bangsa-bangsa lain. Karena sifat radion siaran
itulah pula, maka bagi rakyat Indonesia yang menghuni ribuan pulau itu radio
akan tetap berperan penting.
2.2.3 Daya Tarik
Faktor
berikutnya yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekeuasaan, ialah daya
tariknya yang kuat yang dimilikinya. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya
yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada, yakni : (1) Musik, (2) Kata-kata,
(3) Efek suara (Sound Effects).
Tidak
mengherankan jika akhir-akhir ini radio transistor telah menyerbu pedesaan dan
dusun-dusun. Di dataran pedesaan dan pegunungan serta lembah-lembah terdapat
transistor. Sebab memang bagi penduduk tempat terpencil radio transistor
merupakan alat yang dapat memberikan hiburan, penerangan ,dan informasi. Dalam
fungsinya sebagai sarana peneranggan dan pendidikan,radio siaran dapat
menyajikan warta berita atau ceramah-ceramah yang bermanfaat..
Tulang
punggung siaran radio siaran adalah musik. Orang menyetel pesawat radio
terutama untuk mendengarkan alat musik, karena musik merupakan hiburan. Karena
itulah maka petugas radio siaran berusaha agar segala macam programa menjadi
bersifat hiburan. Berbagai programa diolah dan diberi ilustrasi. Selain warta
berita (straight newscast) juga disajkan acara-acara pemberitaan yang diolah
dan dihiasi musik beserta efek suara.
Ketiga
faktor itulah, yakni daya langsung, daya tembus, dan daya tarik, yang
menyebabkan radio diberi julukan “the
fifth estate”
2.3 Tipologi Pendengar
Radio
Ada
tiga pihak yang berinteraksi dalam siaran radio. Pertama, penutur yang terdiri
atas DJ, penyiar, reporter, penulis naskah
editor dan sebagainya. Kedua, pendengar yang terdiri atas pendengar
aktif dan pendengar pasif. Ketiga, pesawat radio sebagai penerima siaran dengan
beragam klasifikasi dan ukuran. Dari ketiganya, pendengar adalah pihak yang
paling penting dalam konteks komunikasi siaran.
Menurut
perspektif ekonomi, pendengar adalah konsumen produk siaran. Mereka mereka
mengkonsumsi sebuah produk siaran berdasarkan ketersediaan waktu dan akses yang
mudah terhadap pesawat penerima siaran radio. Pendengar akan mampu
mengembangkan imajinasinya karena dua hal
yaitu (1) Referensi pengalaman yang mereka miliki terhadap suatu mater
siaran, (2) referensi pikiran, kedekatan, dan ketajaman pikiran terhadap sebuah
masalah yang sedang disiarkan. Kedua hal ini juga mutlak dimilki oleh seorang
penyiar sebab ia harus menjadi “mata hati dan juru bicara pendengar”. Kemampuan
memberikan gambaran dari tuturan kalimat yang diucapkan penyiar akan membantu
pendengar agar tetap menyimak sebuah acara.
Menurut
kelas sosialnya, pendengar dapat dibagi dua dengan karakteristik yang
masing-masing berbeda. Pertama, kelas
menengah ke atas. Mereka memiliki pandangan jauh ke depan, berpikir rasional,
percaya diri, mau mengambil resiko dan selera pilihannya beragam. Kedua, kelas menengah ke bawah.
Pandangan mereka terhadap hari ini dan kemarin terbatas, pikiran sempit, cara
berpikir konkret dan non rasional (mistis dan sejenisnya) dan mempunyai selera
pilihan terbatas.
Dalam
interaksinya dengan radio, ada enam macam perilaku pendengar. Pertama, rentang konsentrasi dengarnya
pendekkarena menyimak radio sambil mengerjakan berbagai kegiatan lain. Kedua, perhatiannya dapat cepat teralih
oleh orang atau peristiwa di sekitarnya karena baginya radio merupakan ”teman
santai”. Ketiga, tidak bisa menyerap
informasi banyak dalam sekali dengar karena dayya ingat yang terbatas akibat
dari aktifitas pendengaran yang selintas. Keempat,
lebih tertarik pada hal-hal yang mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung.
Kelima, secara mental dan literal mudah mematikan radio, Keenam, umumnya
pendengar tidak terdeteksi secara konstan sehingga sulit untuk mengetahui
apakah mereka pintar, heterogen dan tidak fanatik.
Menurut
skala partisipasi terhadap acara siaran, ada empat tipologi pendengar yakni
(Masduki, 2004, hal 20) ;
Tipologi
|
Pengertian
|
Pendengar Spontan
|
Bersifat kebetulan. Tidak
berencana mendengarkan siaran radio atau acara tertentu. Perhatian mudah
teralih pada aktivitas lain.
|
Pendengar Pasif
|
Suka mendengarkan siaran radio
untuk mengisi waktu luang dan menghibur diri, menjadikan radio sebagai teman
biasa.
|
Pendengar Selektif
|
Mendengar siaran radio pada jam
atau acara tertentu saja, fanatik pada sebuah acara atau penyiar tertentu,
menyediakan waktu khusus untuk mendengarkannya.
|
Pendengar Aktif
|
Secara reguler tak terbatas
mendengarkan siaran radio, apapun, dimanapun, dan aktif berinteraksi melalui
telepon. Radio menjadi sahabat utama, tidak hanya pada waktu luang.
|
2.4 Format siaran radio
di Era Globalisasi
Radio
mempunyai karakter tersendiri, berbeda dengan media yang lainnya. Milton
mengatakan, ”Radio mempunyai kekuatan untuk meilah-milah khalayaknya dalam
segmen-segmen yang kecil, dalam segmen kelompok umur, keanggotaan keluarga,
perolehan pendapatan maupun pendidikan.” (Milton 1982). Kehandalan radio di
sektor ini terlihat pada segmenasi khalayak radio swasta di Jakarta seperti
Prambors, misalnya segmennya adalah remaja SMP dan SMA. Begitu juga dengan
radio lainnya yang megkategorikan segmen yang berbeda pula.
Kekuatan
radio yang lain adalah kenyataannya sebagai media “half ears media” artinya mendengarkan radio bisa “disambi” dengan
kegiatan lain termasuk di kendaraan saat di jalan raya. Di kota-kota besar yang
sering menghadapi kemacetan lalu lintas, radio merupakan satu-satunya media
yang bisa dinikmati oleh pengendara kendaraan.
Kenneth
Roman menyebut empat keunggulan radio yakni ( Ishadi, 199, hal 141) : (1)
Kemampuannya untuk mengembangkan imajinasi dengan bantuan audio. (2) Kemampuan
selektifitas dalam memilih program maupun segmen khlayaknya. (3) Fleksibelitas,
artinya sangat mudah untuk dibawa pergi dan menjadi teman diberbagai kesempatan
dan suasana. (4) Sifatnya amat personal, ia menjadi medium yang amat efektif
dalam memberi kontak-kontak antar pribadi yang diliputi oleh sifat kehangatan,
keakraban dan kejujuran.
Dengan
berbagai sifat yang merupakan keunggulan dari radio ini, bisnis radio
senantiasa mempunyai peluang untuk berkembang. Ditambah lagi dengan investasi
dan production cost yang relatif lebih rendah dibanding media lain, telah
membuat radio berkesempatan untuk berkembang. Berbicara tentang bisnis radio di
Indonesia, maka kita harus membuka lembaran sejarah awal Orde Baru ketika radio
digunakan sebagai alat perjuangan oleh anggota KAMI, KAPPI, KASI serta laskar
AMPERA Arif Rachman Hakim. Pada waktu
itu media radio merupakan media yang paling mudah dan efektif digunakan.
Setelah Orde Baru berhasil memenangkan perjuangan politik, perlahan radio
siaran merubah perannya menjadi usaha bisnis dengan menjual jam siaran untuk
penayangan iklan.
Waktu
itu situasi dipermudah oleh kenyataan bahwa bisnis secara umum berkembang
dengan amat cepat dan program kegiatan pembangunan meningkat. Pada tahun 80-an
ketika era deregulasi di sektor bisnis khususnya perbankan meningkat, radio
swasta melakukan offensif pemasaran dan berhasil. Momentum radio sebagai usaha
bisnis “low cost” berakhir diganti
dengan era bisnis radio dengan perangkat canggih, super stereo dan pemancar
berkekuatan besar. Sejak saat izin baru untuk radio siaran , khususnya di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang , Yogyakarta, telah
tertutup. Akibatnya nilai izin radio khususnya FM melonjak sampai mencapai
sembilan digit rupiah.
Tanggal
9 Desember 1993 di Jakarta telah ditandatangani
pembuatan satelit DBS (Direct Broadcasting Satellite). Rencananya semua
radio akan diberikan fasilitas teknologi digital. Penerima siaran radio akan
menikmati kualitas suara radio sama dengan kualitas Compact Disc (CD). Praktis tak ada “noise” sama sekali dalam cuaca
apa pun, suara menjadi sejenis super stereo. Tidak hanya satellite tersebut
(indostar) yang akan menawarkan teknologi digital. Palapa generasi C3 yang akan
diluncurkan pada tahun 1997 juga menawarkan pemancar radio digital dari
satelit.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Radio
sesuai dengan sifat teknologinya akan tetap merupakan media untuk kepentingan
komunikasi lokal. Sebagai “half earing media”, pangsa khalayak pendengar radio
ditujukan pada sela-sela waktu pendengar diantara berbagai kesibukan.
Ada
beberapa hal yang mempengaruhi tipologi pendengar radio, yaitu dilihat dari
segi kelas sosial dan tergantung dari perilaku Si pendengar radio. Namun setiap
orang bisa juga tergolong dalam tipologi pendengar radio, yaitu bisa sebagai
pendengar spontan, pendengar pasif, pendengar selektif dan pendengar aktif.
Pengaruh
globalisasi juga mempengaruhi radio di Indonesia. Hal ini terbukti ketika adanya fasilitas teknologi digital. Penerima
siaran radio akan menikmati kualitas suara radio sama dengan kualitas Compact Disc (CD). Dengan hal ini
dimaksudkan agar media radio tetap setara dan dapat menyeimbangkan dengan
media-media yang lain yang berkembang pesat di Era Globalisasi.
Daftar
Pustaka
·
Ishadi. 1999. Dunia
Penyiaran, prospek dan tantangannya. Jakarta. PT Garamedia Pustaka Uutama.
·
Effendy, Uchjana,
Onong. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung. Mandar Maju.
·
Masduki. 2004. Menjadi
Broadcaster Profesional. Yogyakarta. Pustaka Populer LkiS.