This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Another Templates

Pages

Rabu, 14 Desember 2011

Dampak Penggunaan Telepon Selular bagi Pelajar SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung

Tugas PERTEKOM
Dampak Penggunaan Telepon Selular bagi Pelajar
 SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung



Oleh :
M. Jenal Idrus                       (201010040311194)
Yogie Prasetyo Adi               (201010040311199)
M. Rifaul Yahya                   (201010040311200)
Nanang Efendi                      (201010040311212)
Ubaydillah Nur                     (201010040311220)
A.Fatkul M                            (201010040311244)


                                                        Kelas D


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
  Perkembangan terknologi terus mengalami kemajuan. Tidak hanya golongan elit saja, namun masyarakat kecilpun sudah bisa menikmatinya. Harga yang murah memang menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat ingin memakai. Selain itu, faktor kebutuhan juga menuntut masyarakat untuk menggunakan teknologi.
Tak jauh dari itu, perkembangan komunikasi selalu mengikuti perkembangan teknologi. Perkembangan yang pesat ini terus berpengaruh dalam kehidupan manusia. Sehingga kadangkala penggunaan yang tidak tepat dapat merusak masyarakat itu sendiri.
Dalam hal ini kelompok kami akan coba membahas tentang “Analisis Penggunaan Handphone pada siswa SMP”. Tentu ada dampak positif dan negatif yang ditimbulkan, semua itu tergantung masyarakat selaku pemakai. Memang Handphone sebagai alat komunikasi saja tidak begitu membawa dampak negatif yang besar bagi anak, namun manakala sebuah Handphone sudah dilengkapi dengan fasilitas MP3 Player, Kamera, Internet, game dan aplikasi lainnya membuat prosentase penggunaan Handphone lebih besar dari pada belajar.
Adanya Handphone memang diperlukan, tak terkecuali pada siswa SMP. Meskipun dari segi peraturan sekolah siswa yang membawa Handphone adalah dilarang. Larangan ini bertujuan agar proses belajar mengajar tidak terganggu. Faktanya masih banyak siswa yang tetap membawa Handphone dengan alasan sebagai media komunikasi.
Anak juga harus merelakan sebagian uang sakunya untuk membeli pulsa, karena memang jarang orang tua yang khusus memberikan jatah pulsa pada anaknya. Dampak lain adalah, secara tidak langsung hadirnya teknologi Handphone di kalangan siswa SMP membuat waktu bermain dengan teman-teman seusianya menjadi berkurang. Alhasil, ini mendidik anak untuk bersikap tertutup atau tepatnya individualis.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan HP di Indonesia pada Era Globalisasi ini?
2.      Apa dampak positif dan negatif HP bagi kalangan pelajar SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung?
3.      Berapa tingkat prosentase porsi negatif dan positif penggunaan HP dari kalangan pelajar SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung?

1.3  Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui perkembangan HP di Indonesia pada Era Globalisasi
2.      Menganalisis dampak positif dan negatif HP bagi kalangan pelajar SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung
3.      Mengetahui prosentase porsi positif dan negatif penggunaan HP dari kalangan pelajar SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung
  

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan HP di Indonesia pada Era Globalisasi
Kisah telepon menjadi alat komunikasi baik untuk pribadi maupun publik telah dimulai beberapa tahun sebelumnya, dalam bulan Maret 1876 ketika Alexander Graham Bell (1847-1922) mematenkan temuannya  yaitu telepon.  Tidak bisa dipungkiri bahwa tekhnologi komunikasi merupakan suatu alat yang bertujuan untuk memudahkan seseorang dalam berkomunikasi walaupun dengan jarak jauh sekalipun. Ponsel, merupakan salah satu tekhnologi yang muncul di Indonesia pada tahun 1984. Teknologi seluler ini pertama kali hadir di Indonesia dengan berbasis teknologi Nordic Mobile Telephone (NMT).
Pada tahun 1985-1992 ponsel mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia, berbeda dengan ponsel di massa sekarang, dulu ponsel tidak bisa di masukkan kedalam saku baju atau celana karena bentuknya yang besar dan panjang. Harga ponselnya juga tidak murah,berkisar diatas 10 juta per unit.
Namun di Era Globalisasi seperti sekarang. Perkembangan telepon selular juga sangat menarik untuk disimak. Hal ini mengisyaratkan kita bahwa kemajuan teknologi komunikasi informasi sekarang ini tidak memiliki batas. Sulit sekarang ini untuk membedakan mana masuk kategori ponsel, kategori computer ataupun kategori kamera digital maupun video digital. Hal ini sudah merupakan bukti yang jelas bahwa tekhnologi tidaklah mengenal batasan yang jelas antara berbagai teknologi yang tersedia sekarang ini di pasaran yang semuanya menjadi sebuah kesatuan dan berbagai fungsi terkumpul dalam sebuah perangkat.
Bisa terlihat jelas, awal munculnya telepon seluler generasi pertama masih menggunakan sinyal analog. Pertama kali tersedia secara komersial di Amerika Serikat pada tahun 1978. Pada saat itu implementasi teknologi 1G adalah AMPS. Setelah selang beberapa tahun munculah generasi kedua, yaitu menggunakan sinyal digital. Generasi telepon selular sinyal digital menitik beratkan pada implementasi teknologi GSM (Global System for Mobile Communication) yang sampai saat ini masih digunakan oleh hampir sepertiga dari total populasi dunia.
Generasi selanjutnya adalah 3G yaitu teknologi telepon selular yang mengandalkan fitur high speed data acces sehingga memungkinkan tersedianya layanan data yang lebih menarik. Selain itu teknologi ini memungkinkan proses komunikasi yang sebelumnya hanya dengan suara , kini dapat melalui video, seolah-olah kita berbicara dengan berhadapan, sehingga proses komunikasi menjadi lebih baik lagi. Selain itu dengan kecepatan data yang tinggi, maka teknologi ini juga dapat menawarkan layanan hiburan yang dapat dinikmati oleh pengguna hanya dengan melalui ponselnya.
Perkembangan generasi telepon seluler ini akan terus mengalami perubahan, mengingat semaikin canggihnya teknologi komunikasi di Era Globalisasi seperti ini. Apalagi setelah Indonesia menerapkan perdagangan pasar bebas, banyak produk-produk dari telepon seluler bermnunculan dengan berbagai fitur yang canggih dan dengan harga yang murah.

2.2  Dampak positif dan negatif HP di SMPN 1 Kalidawir
Di jaman teknologi seperti sekarang, bahkan globalisasi informasi telah mengubah pola hubungan komunikasi terutama setelah munculnya sebuah benda mungil bernama handphone. Istilah handphone atau telepon tangan atau istilah akrab ditelinga kita “HP”.  Hp sekarang ini bukan merupakan barang yang mewah seperti yang terjadi sekitar 10 tahun yang lalu yang kita masih jarang mengetahui orang membawanya sangat masih jarang orang mempunyai kalaupun ada itu pastinya hanya orang-orang tertentu saja, bahkan kebanyakan orang belum tau hp itu bagaiman. Tetapi sekarang dengan berkembang teknologi komunikasi yang sangat cepat dan menyeluruh sampai-sampai semua lapisan masyrakat bukan hanya mengerti tentang Handphone tetapi juga mempunyai hp karena sekarang ini semua orang dituntut untuk mengerti perkembangan teknologi jika orang tersebut tidak mau ketinggalan salah satunya memiliki hp yang memudahkan seseorang dalam berkomunikasi.
            Semakin kesana pemanfaatan hp bukan hanya digunakan oleh pejabat negara, bisnisman, pedagang, petani, guru tetapi semua masyarakat telah menggunkannya tidak terkecuali anak-anak SMP Kalidawir Kota Tulungagung. Penggunaan hp pada anak SMP Kalidawir sekarang ini sudah bukan merupakan kejadian yang mengagumkan lagi karena sekarang ini hp bagi anak SMP sudah merupakan kebutuhan sehari hari yang harus ada, makanya tidak heran jika sekarang ini kita lihat anak SMP kemana-mana membawa HP. Pemanfaatannya pun juga bermacam-macam tetapi pada anak SMP kalidawir pemanfaatnya lebih bersifat positif walaupun tidak dipungkiri pastinya ada negatifnya.  ini terlihat dari berbagai jawaban yang kami dapat dari observasi yang kami lakukan jawaban mereka berkisar antara untuk berkomunikasi dengan keluarga, untuk menanyakan tugas kepada teman mereka jika mereka kurang mengerti, ini untuk jawaban positifnya. Walupun demikian tetap saja ada beberapa anak yang menyalah gunakan hp mereka misalnya untuk menonton film ataupun bertukar film pornografi, ada juga yang bermain HP ketika proses belajar mengajar berlangsung namun yang menjawab demikian hanyalah sebagian kecil dari murid SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungaggung.
Selain itu kebanyakan anak usia remaja seperti di SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung lebih besar pengeluaran pulsa dari pada jajan. Hal ini membuktikan bahwa mereka belum bisa memenfaatkan hp secara tepat guna sesuai dengan semestinya, mungkin ini terjadi karena pada seusia itu anak-anak masih senang-senangnya bermain HP karena baru masa transisi menuju remaja. Ini mungkin terjadi karena kebanyakan dari mereka mengguanakan hp yang dilengakapi dengan fitur tertentu seperti internet untuk bermain facebook. Inilah salah satu yang menyebabkan terjadinya jumlah pengeluaran untuk pulsa dibandingkan untuk jajan. Faktor eksistensi dengan cara saling berhubungan lewat facebook merupakan langkah yang sering dilakukan oleh para remaja untuk membuktikan bahwa dirinya merupakan seseorang yang mengikuti mode. Pada dasarnya seseorang pastinya ingin melakuakan sesuatu yang itu diakui oleh temannya. Hal ini bertujuan untuk mencari eksistensi diri. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh seorang filosof perancis Cogito Ergo Sum (“saya berfikir ,maka saya ada “yang dimodifikasi menjadi “ saya bicara, maka saya ada”) Rene Descartes (1996-1960).
Peran sekolah dan orang tua sangatlah berperan penting untuk menjaga agar pemanfaatan HP pada anak SMP benar sesuai dengan kepentinnya, karena kebanyakan  orang tua bisanya hanya menyerahakan  semuanya urusan kepada lembaga pendidikan. Hal yang mungkin kurang dipahami oleh kebanyakan orang tua yaitu jika murid SMA berada di rumah, maka sepenuhnya semua urusan dan perhatian dipegang oleh orang tua. Sedangkan murid SMA jika di lingkungan sekolah  sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Semestinya antara mereka saling memantau dengan adanya sinergitas antara orang tua dengan pihak sekolah diharapkan bisa meminimalisir terjadinya penyalah gunaan HP pada anak SMP.

2.3 Prosentase dampak positif negatif HP di SMPN 1 Kalidawir
Metode                  : Polling                                 
Populasi                 : Pelajar SMPN 1 Kalidawir
sampel area          : Gedung sekolah SMPN 1
                                  Kalidawir
                                  Kota Tulungagung
Taraf Signifikasi     : 97,5 %
Taraf Kesalahan    : 2,5 %
  
Telepon &SMS                                      Video Porno
Akses Internet                                       Dll
Game & MP3

Teknologi komunikasi telah mendarah daging pada masyarakat Indonesia, tak terkecuali para pelajar SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung. Banyak para pelajar SMPN 1 Kalidawir menggunakan separuh waktu bahkan lebih, hanya untuk memegang ponsel di sekolah. Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi tingkat prestasi pelajar SMPN 1 Kalidawir. Dari hasil survey yang diperoleh, bahwa para pelajar SMPN 1 Kalidawir menggunakan ponsel tidak lain sebagai fungsi ponsel yang sebenarnya, yaitu untuk komuniksi (Telepon dan SMS), game dan Music Player, akses Internet, dan lain sebagainya.
Berikut data yang diambil melalui kuisioner yang dibagikan kepada beberapa siswa di SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung bahwa 52,50% pelajar SMPN 1 Kalidawir menggunakan ponsel sebagaimana mestinya yaitu untuk telepon dan SMS. Hal ini dilakukan oleh pelajar SMPN 1 Kalidawir untuk berhubungan dengan orang tua maupun kerabat dekat. Untuk 22,50%  pelajar SMPN tersebut lebih memprioritaskan ponsel sebagai media untuk mengakses Internet. Hal ini dilakukan oleh beberapa pelajar SMPN 1 Kalidawir untuk membuka situs-situs jejaring sosial yaitu facebook, twitter dan lain sebagainya. Sifat para remaja yang labil dan cenderung untuk mengikuti trend jaman merupakan faktor penunjang mengapa para pelajar SMPN 1 Kalidawir memilih ponsel sebagai media untuk mengakses internet ketimbang menggunakan fungsi ponsel yang sesungguhnya.
Game dan MP3 meraih prosentase sebesar 12,20%. Sebagian para pelajar memilih untuk menggunakan ponsel sebagai sarana hiburan yaitu untuk game dan mendengarkan music player pada saat jam istirahat ataupun jam-jam santai. Hal ini dilakukan pelajar SMPN 1 Kalidawir dengan alasan untuk mengusir rasa penat setelah berkutat dengan pelajaran yang dibahasa disekolah.
Dalam mempergunakan teknologi komunikasi seperti ponsel tentu terdapat manfaat dan kerugiannya. Seperti hasil survey yang diperoleh dari SMPN 1 Kalidawir. Hasil tersebut menyatakan bahwa 10%  pelajar SMP tersebut menggunakan fungsi ponsel untuk melihat video porno. Untuk sisa prosentase hanya 9% . Prosentase tersebut mewakili ponsel digunakan sebagai media transfer data, media bertukar foto dan masih banyak lainnya.
Dari data yang diperoleh dari pelajar SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung, bisa ditarik kesimpulan bahwa para pelajar sebagian besar menggunakan ponsel untuk berkomunikasi dengan kerabat dan orang tua mereka. Namun tidak menutup kemungkinan fungsi ponsel juga dapat disalah gunakan oleh para pelajar.

BAB III

PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Setiap tekhnologi pasti mempunyai dampak, tidak terkecuali ponsel. Jika ada dampak positif pasti juga terdapat dampak negatif.  Para pelajar SMPN 1 Kalidawir Kota Tulungagung dapat membatasi penggunaan ponsel itu dari kesadaran diri sendiri, pengaruh dari teman, dan juga guru di sekolah. Jika pelajar dapat membagi waktu dan dapat membedakan antara sekolah dan bermain ponsel, tentu tidak menjadi masalah yang besar. Namun hal tersebut juga perlu adanya batasan dari guru di sekolah dan juga batasan dari orang tua. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan para pelajar agar tidak berefek ketagihan yang sangat terhadap ponsel.
Jika ada pendapat yang mengatakan bahwa penurunan prestasi belajar dikarenakan oleh ponsel, hal tersebut tidaklah 100% benar. Tergantung dari Si pemakai ponsel itu sendiri. Semua orang tentu mempunyai ponsel tidak terkecuali para pelajar tingkat SD, SMP, dan SMA. Namun para pelajar tersebut tidak terlalu mengetahui fungsi sebenarnya dari ponsel itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan dari makalah ini bahwa seorang pelajar boleh saja mempergunakan ponsel, namun tidak boleh sampai ketagihan. Karena faktor ketagihan itulah yang bisa membuat para pelajar malas belajar sehingga prestasi di sekolahpun ikut menurun.


DAFTAR PUSTAKA

·     Briggs, Asa & Burke, Peter. 2006. Sejarah Sosial Media. Jakarta. Anggota IKAPI DKI Jakarta & Pusat Perbukuan.
·       Besari, Sahari. 2008. Teknologi di Nusantara. Jakarta. Salemba Teknika
· Daus. Dampak Positif & Negatif Handphone bagi Pelajar. 2009. http://musik-borneo.blogspot.com/2009/05/dampak-positif-negatif-handphone-bagi.html.
·   Muzakkar, Kahar, dkk Dampak Negatif Alat Komunikasi (Hp) Bagi Siswa/Remaja 2010 diunduh dari  http://halil4.wordpress.com/2010/04/08/dampak-negatif-alat-komunikasi-hp-bagi-siswaremaja/

Minggu, 27 November 2011

Menganalisis dan Memahami Tipologi Pendengar Radio di Dalam Era Globalisasi


Nama : Yogie Prasetyo Adi
NIM   : 201010040311199
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Sudah sejak lama radio dikenal sebagai media yang memasyarakat, praktis dan sederhana. Penyampaian pesan yang dilakukan oleh penyiar di radio juga dapat menghidupkan suasana menjadi lebih akrab. Ikatan emosional pendengar akan dapat mudah terbentuk dibandingkan dengan media lainnya. Walaupun banyak media massa lainnya yang mengalami perkembangan sangat pesat, namun radio masih mempunyai tempat dihati pendengarnya sebagai sarana hiburan, informasi, dan promosi.
Negara Indonesia yang mempunyai jangkauan wilayah yang luas dan ditambah dengan masyarakatnya yang agraris dirasa dapat menjawab kebutuhan masyarakat tentang media komunikasi yang dapat menjangkau berbagai kalangan. Dalam perkembangannya, radio sangatlah dekat dengan masyarakat tradisional dan kawula muda. Hal ini tidak lepas dari sejarah perkembangan radio di Indonesia yang begitu erat kaitannya dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih Kemerdekaannya.
Pada masa penjajahan, radio tidak berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Pada saat itu radio hanya berfungsi sebagai kepentingan dagang. Namun setelah masa penjajahan berakhir, sedikit demi sedikit fungsi radio mulai berkembang menjadi media informasi, hiburan dan promosi. Mengingat lamanya radio sudah dikenal masyarakat, maka tidak heran jika peminat radio pada saat itu terus meningkat.
Bahkan di era globalisasi seperti sekarang, peminat Radio tidak pernah berkurang. Padahal jika diamati lebih mendalam, banyak media-media yang lebih canggih dan mempunyai fitur yang lebih lengkap dibandingkan dengan radio. Sebut saja, televisi. Banyak televisi canggih saat ini menjamur di pasar Indonesia. Tidak hanya mengandalkan audio, visualnya pun juga lebih meyakinkan bila dibandingkan dengan radio. Ada juga Internet, dengan internet semuanya bisa diketahui. Bahkan kita tidak perlu membuka koran ataupun telivisi untuk mencari informasi. Dengan Internet semuanya dapat kita ketahui.
Hal itulah yang mendasari dibentuknya makalah ini, yaitu untuk mengetahui tipologi pendengar radio dan apa saja yang menjadi daya tarik pendengar radio di Era Globalisasi sekarang ini.

1.2 Rumusan Masalah
11.)    Sejarah Perkembangan Radio di Indonesia
22.)    Faktor-faktor penunjang Efektivitas Siaran.
33.)    Tipologi pendengar radio
44.)    Format siaran radio di Era Globalisasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Radio di Indonesia
Keberadaan radio Indonesia mempunyai hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa, yaitu pada masa penjajahan hingga masa perjalanan menjadi masyarakat demokratis. Pada massa penjajahan, radio swasta yang dikelola asing hanya menyiarkan program untuk kepentingan dagang. Sedangkan radio swasta yang dikelola oleh masyarakat pribumi menyiarkan tentang kebudayaan dan kepentingan pergerakan semangat kemerdekaan. Namun pada kependudukan Jepang tahun 1942, semua stasiun radio dikuasai oleh Jepang, program-program siaran radio dialihkan pada propaganda perang Asia Timur. Namun sejak terdengar Jepang menyerah kalah tanpa syarat kepada tentara sekutu, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya.
Saat itulah Indonesia berkesempatan menyiarkan proklamasinya di radio luar negeri yang ada di Bandung yang pertama diperdengarkan di Australia. Namun tidak lama setelah itu, akhirnya para pejuang kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya pada 11 September 1945  mempunyai radio nasional yang dinamakan Radio Republik Indonesia (RRI). Dan saat itulah prokklamasi kemerdekaan mulai dikumandangkan melalui radio kepada seluruh rakyat Republik Indonesia.  Namun fungsi radio pada massa perjuangan berubah ketika zaman orde baru, pada peralihan presiden Soekarno ke presiden Soeharto atau yang lebih dikenal dengan perubahan Orde Lama ke Orde Baru.
Pada peralihan tersebut banyak muncul radio amatir, radio amatir adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan seseorang untuk berhubungan dengan penggemar lainnya. Selain hal itu pada orde baru banyak muncul radio swasta di Indonesia. Adapun peraturan bagi radio non-pemerintah untuk menjalankan fungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidik, alat penerangan, dan alat hiburan. Sejak massa orde baru inilah peran serta radio sangat bermanfaat dalam membangun masyarakat yang haus akan berita dan hiburan.

Secara historis perkembangan radio di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut (Masduki, Menjadi broadcaster profesional,2004, hal 3) :

Periode
Misi Siaran
Teknologi
1925-1940­-an
Alat perjuangan anti kolonialisme Belanda, Jepang, dan Sekutu
Amatir /AM
1950-1960-an
Alat mobilisasi ideologi rezim otoriter Orde Lama dan Orde Baru
Amatir/AM
1970-1980-an
Alat mobilisasi pembangunan, sarana berbisnis, dan hiburan
Profesional/FM,AM
1990-an - sekarang
Medium bisnis, hiburan, pencerahan publik, dan demokratisasi
AM,FM, Internet-satelit, jaringan.


2.2 Faktor Penunjang Efektivitas Siaran
Radio dikatakan berhasil dalam siaran jika banyak khalayak mendengarkan program-program dari radio tersebut. Radio siaran sering juga diberi julukan “the fifth estate” disebabkan daya kekuatannya dalam mempengaruhi massa khalayak. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, yakni (Effendy, Uchjana, Onong, 1991, hal 74-80) :
2.2.1 Daya Langsung
Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar, isi programa yang akan disampaikan tidaklah mengalami proses yang kompleks. Hal ini bisa dirasakan kemanfaatanya oleh kita, Bangsa Indonesia, baik semasa revolusi sedang berkecamuk maupun setelah kita merdeka sampai sekarang. Bisa diambil kesimpulan bahwa manfaat besar dari radio siaran dapat dirasakn oleh segenap penduduk dunia.
Hal ini bebeda jauh dengan surat kabar. Peristiwa tertembak matinya Presiden Kennedy memerlukan waktu lama untuk dapat diketahui oleh rakyat Amerika maupun penduduk dunia secara aktual. Hal ini dikarenakan pemberitaan melalui surat kabar  harus disusun secara panjang, diset, dikoreksi, dicetak diangkut kepada agen-agen dan dari agen baru disebarkan kepada para pembaca. Dengan medium radio tidak melalui proses yang banyak . Setiap berita dapat langsung disiarkan dan ditangkap oleh para pendengar. Bahkan manfaat radio siaran “langsung” bukan hanya disitu saja. Suatu peristiwa dapat diikuti oleh para pendengar pada saat peristiwa berlangsung. Pidato Presiden , upacara Hari Kemerdekaan, pertandingan sepak bola, siaran mesjid/gereja dan lain-lain dapat diikuti di saat peristiwa itu berlangsung.

2.2.2 Daya Tembus
Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuatan adalah daya tembus radio siaran, dalam arti kata tidak mengenal jarak dan rintangan . Selain waktu jarakpun bagi radio siaran tidak menjadi masalah. Bagaimanapun jauhnya tempat yang dituju , dengan radio siaran dapat dicapai. Gunung-gunung, lembah-lembah, padang pasir rawa-rawa maupun lautan semuanya tidak menjadi rintangan bagi radio siaran.
Faktor ini juga berperan besar dalam meraih Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pada saat Jepang menyerah pada Sekutu, kabar pertama menyerahnya Jepang tersebut diperole melalui siaran radio Amerika yang sampai pada Indonesia. Karena faktor itulah, poklamasi segera dilakukan oleh Bangsa Indonesia. Dan proklamasi tersebut disiarkan melalui siaran radio  Bandung sehingga dapat diketahui oleh bangsa-bangsa lain. Karena sifat radion siaran itulah pula, maka bagi rakyat Indonesia yang menghuni ribuan pulau itu radio akan tetap berperan penting.

2.2.3  Daya Tarik
Faktor berikutnya yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekeuasaan, ialah daya tariknya yang kuat yang dimilikinya. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada, yakni : (1) Musik, (2) Kata-kata, (3) Efek suara (Sound Effects).
Tidak mengherankan jika akhir-akhir ini radio transistor telah menyerbu pedesaan dan dusun-dusun. Di dataran pedesaan dan pegunungan serta lembah-lembah terdapat transistor. Sebab memang bagi penduduk tempat terpencil radio transistor merupakan alat yang dapat memberikan hiburan, penerangan ,dan informasi. Dalam fungsinya sebagai sarana peneranggan dan pendidikan,radio siaran dapat menyajikan warta berita atau ceramah-ceramah yang bermanfaat..
Tulang punggung siaran radio siaran adalah musik. Orang menyetel pesawat radio terutama untuk mendengarkan alat musik, karena musik merupakan hiburan. Karena itulah maka petugas radio siaran berusaha agar segala macam programa menjadi bersifat hiburan. Berbagai programa diolah dan diberi ilustrasi. Selain warta berita (straight newscast) juga disajkan acara-acara pemberitaan yang diolah dan dihiasi musik beserta efek suara.
Ketiga faktor itulah, yakni daya langsung, daya tembus, dan daya tarik, yang menyebabkan radio diberi julukan “the fifth estate”
2.3 Tipologi Pendengar Radio
Ada tiga pihak yang berinteraksi dalam siaran radio. Pertama, penutur yang terdiri atas DJ, penyiar, reporter, penulis naskah  editor dan sebagainya. Kedua, pendengar yang terdiri atas pendengar aktif dan pendengar pasif. Ketiga, pesawat radio sebagai penerima siaran dengan beragam klasifikasi dan ukuran. Dari ketiganya, pendengar adalah pihak yang paling penting dalam konteks komunikasi siaran.
Menurut perspektif ekonomi, pendengar adalah konsumen produk siaran. Mereka mereka mengkonsumsi sebuah produk siaran berdasarkan ketersediaan waktu dan akses yang mudah terhadap pesawat penerima siaran radio. Pendengar akan mampu mengembangkan imajinasinya karena dua hal  yaitu (1) Referensi pengalaman yang mereka miliki terhadap suatu mater siaran, (2) referensi pikiran, kedekatan, dan ketajaman pikiran terhadap sebuah masalah yang sedang disiarkan. Kedua hal ini juga mutlak dimilki oleh seorang penyiar sebab ia harus menjadi “mata hati dan juru bicara pendengar”. Kemampuan memberikan gambaran dari tuturan kalimat yang diucapkan penyiar akan membantu pendengar agar tetap menyimak sebuah acara.
Menurut kelas sosialnya, pendengar dapat dibagi dua dengan karakteristik yang masing-masing berbeda. Pertama, kelas menengah ke atas. Mereka memiliki pandangan jauh ke depan, berpikir rasional, percaya diri, mau mengambil resiko dan selera pilihannya beragam. Kedua, kelas menengah ke bawah. Pandangan mereka terhadap hari ini dan kemarin terbatas, pikiran sempit, cara berpikir konkret dan non rasional (mistis dan sejenisnya) dan mempunyai selera pilihan terbatas.
Dalam interaksinya dengan radio, ada enam macam perilaku pendengar. Pertama, rentang konsentrasi dengarnya pendekkarena menyimak radio sambil mengerjakan berbagai kegiatan lain. Kedua, perhatiannya dapat cepat teralih oleh orang atau peristiwa di sekitarnya karena baginya radio merupakan ”teman santai”. Ketiga, tidak bisa menyerap informasi banyak dalam sekali dengar karena dayya ingat yang terbatas akibat dari aktifitas pendengaran yang selintas. Keempat, lebih tertarik pada hal-hal yang mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung. Kelima, secara mental dan literal mudah mematikan radio, Keenam, umumnya pendengar tidak terdeteksi secara konstan sehingga sulit untuk mengetahui apakah mereka pintar, heterogen dan tidak fanatik.
Menurut skala partisipasi terhadap acara siaran, ada empat tipologi pendengar yakni (Masduki, 2004, hal 20) ;
Tipologi
Pengertian
Pendengar Spontan
Bersifat kebetulan. Tidak berencana mendengarkan siaran radio atau acara tertentu. Perhatian mudah teralih pada aktivitas lain.
Pendengar Pasif
Suka mendengarkan siaran radio untuk mengisi waktu luang dan menghibur diri, menjadikan radio sebagai teman biasa.
Pendengar Selektif
Mendengar siaran radio pada jam atau acara tertentu saja, fanatik pada sebuah acara atau penyiar tertentu, menyediakan waktu khusus untuk mendengarkannya.
Pendengar Aktif
Secara reguler tak terbatas mendengarkan siaran radio, apapun, dimanapun, dan aktif berinteraksi melalui telepon. Radio menjadi sahabat utama, tidak hanya pada waktu luang.


2.4 Format siaran radio di Era Globalisasi
Radio mempunyai karakter tersendiri, berbeda dengan media yang lainnya. Milton mengatakan, ”Radio mempunyai kekuatan untuk meilah-milah khalayaknya dalam segmen-segmen yang kecil, dalam segmen kelompok umur, keanggotaan keluarga, perolehan pendapatan maupun pendidikan.” (Milton 1982). Kehandalan radio di sektor ini terlihat pada segmenasi khalayak radio swasta di Jakarta seperti Prambors, misalnya segmennya adalah remaja SMP dan SMA. Begitu juga dengan radio lainnya yang megkategorikan segmen yang berbeda pula.
Kekuatan radio yang lain adalah kenyataannya sebagai media “half ears media” artinya mendengarkan radio bisa “disambi” dengan kegiatan lain termasuk di kendaraan saat di jalan raya. Di kota-kota besar yang sering menghadapi kemacetan lalu lintas, radio merupakan satu-satunya media yang bisa dinikmati oleh pengendara kendaraan.
Kenneth Roman menyebut empat keunggulan radio yakni ( Ishadi, 199, hal 141) : (1) Kemampuannya untuk mengembangkan imajinasi dengan bantuan audio. (2) Kemampuan selektifitas dalam memilih program maupun segmen khlayaknya. (3) Fleksibelitas, artinya sangat mudah untuk dibawa pergi dan menjadi teman diberbagai kesempatan dan suasana. (4) Sifatnya amat personal, ia menjadi medium yang amat efektif dalam memberi kontak-kontak antar pribadi yang diliputi oleh sifat kehangatan, keakraban dan kejujuran.
Dengan berbagai sifat yang merupakan keunggulan dari radio ini, bisnis radio senantiasa mempunyai peluang untuk berkembang. Ditambah lagi dengan investasi dan production cost yang relatif lebih rendah dibanding media lain, telah membuat radio berkesempatan untuk berkembang. Berbicara tentang bisnis radio di Indonesia, maka kita harus membuka lembaran sejarah awal Orde Baru ketika radio digunakan sebagai alat perjuangan oleh anggota KAMI, KAPPI, KASI serta laskar AMPERA Arif Rachman Hakim.  Pada waktu itu media radio merupakan media yang paling mudah dan efektif digunakan. Setelah Orde Baru berhasil memenangkan perjuangan politik, perlahan radio siaran merubah perannya menjadi usaha bisnis dengan menjual jam siaran untuk penayangan iklan.
Waktu itu situasi dipermudah oleh kenyataan bahwa bisnis secara umum berkembang dengan amat cepat dan program kegiatan pembangunan meningkat. Pada tahun 80-an ketika era deregulasi di sektor bisnis khususnya perbankan meningkat, radio swasta melakukan offensif pemasaran dan berhasil. Momentum radio sebagai usaha bisnis “low cost” berakhir diganti dengan era bisnis radio dengan perangkat canggih, super stereo dan pemancar berkekuatan besar. Sejak saat izin baru untuk radio siaran , khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang , Yogyakarta, telah tertutup. Akibatnya nilai izin radio khususnya FM melonjak sampai mencapai sembilan digit rupiah.
Tanggal 9 Desember 1993 di Jakarta telah ditandatangani  pembuatan satelit DBS (Direct Broadcasting Satellite). Rencananya semua radio akan diberikan fasilitas teknologi digital. Penerima siaran radio akan menikmati kualitas suara radio sama dengan kualitas Compact Disc (CD). Praktis tak ada “noise” sama sekali dalam cuaca apa pun, suara menjadi sejenis super stereo. Tidak hanya satellite tersebut (indostar) yang akan menawarkan teknologi digital. Palapa generasi C3 yang akan diluncurkan pada tahun 1997 juga menawarkan pemancar radio digital dari satelit.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Radio sesuai dengan sifat teknologinya akan tetap merupakan media untuk kepentingan komunikasi lokal. Sebagai “half earing media”, pangsa khalayak pendengar radio ditujukan pada sela-sela waktu pendengar diantara berbagai kesibukan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi tipologi pendengar radio, yaitu dilihat dari segi kelas sosial dan tergantung dari perilaku Si pendengar radio. Namun setiap orang bisa juga tergolong dalam tipologi pendengar radio, yaitu bisa sebagai pendengar spontan, pendengar pasif, pendengar selektif dan pendengar aktif.
Pengaruh globalisasi juga mempengaruhi radio di Indonesia. Hal ini terbukti ketika  adanya fasilitas teknologi digital. Penerima siaran radio akan menikmati kualitas suara radio sama dengan kualitas Compact Disc (CD). Dengan hal ini dimaksudkan agar media radio tetap setara dan dapat menyeimbangkan dengan media-media yang lain yang berkembang pesat di Era Globalisasi.

Daftar Pustaka
·         Ishadi. 1999. Dunia Penyiaran, prospek dan tantangannya. Jakarta. PT Garamedia Pustaka Uutama.
·         Effendy, Uchjana, Onong. 1990. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung. Mandar Maju.
·         Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta. Pustaka Populer LkiS.